Historis
Kepercayaan Suku Sunda
Sulit untuk mengidentifisir kepercayaan asli Sunda. Jika dicoba
mentrasir kepercayaan orang Baduy (luar), tampak sekali adanya pengaruh agama
Hindu dan sedikit pengaruh Islam.
Kelompok masyrakat sunda yang masih memegang teguh adar-istiadat
nenek moyang yang tidak beragama Islam adalah masyarakat Baduy yang tinggal di
Desa Kenkes, Kabupaten Lebak (Banten). Mereka mengaku beragama Sunda Wiwitan
tetapi apabila kita teliti sebenarnya mereka juga mengucapkan kalimat
syhadat yang sama dengan syahadat umat Islam. Dan mereka mengakui bahwa hanya kabagean
Sahadatna wungkul, hanya mendapat syahadatnya saja, sedangkan ketentuan
lain seperti sembahyang, puasa dan sebgainya tidak mengetahuinya.
Dalam jumlah kecil ada juga kelompok masyarakat Sunda yang menganut
agama Katolik, misalnya di desa Cigugur (Kuningan), daerah Semarang (Garut),
Cideres (Majalengka) serta kelompok kecil di Ciparay (Bandung). menurut Kisah
leluhur mereka pada mulanya beragama Islam, kemudian beralih menganut
kepercayaan yang disebut agama Jawa Sunda (ADS) an berpusat di Cigugur. Setelah
aliran kepercayaan ini dibubarkan selanjutnya mereka menganut agama Katolik.
Data mengenai berapa jumlah orang Sunda yang menganut agama Islam,
dan beberapa yang menganut agama lainnya tidak dapat diperoleh, yang ada
hanyalah data mengenai jumlah penduduk Jawa Barat dan agama-agama yang
dianutnya, ini pun diambil dar data tahun 1965. Walaupun demikian dapat
dipastikan bahwa sebagian orang sunda beragama Islam dan sedikit sekali yang
memeluk agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu Buda dan Sebagainya.
Walaupun orang Sunda sebagian besar menganut agama Islam, namun
dalam kehidupan sehari-hari masih tampak unsur-unsur kepercayaan diluar islam.
Kehidupan beragama sering dipengaruhi oleh kepercayaan kepada makhluk halus dan
kekuatan magis. Oleh karena itu, sukarlah bagi kita untuk memisahkan antara
sistem kepercayaan agama dengan sistem kepercayaan, sebab baik agama maupun
sistem kepercayaan yang masih dijalankan oleh sebagian orang Sunda berfungsi
mengatur sistem nilai, sehingga disamping mereka taat menjalankan agama, sering
pula menjalankan upacara-upacara yang tidak dibenarkan oleh Agama.
Banyak diantara orang Sunda yang masih mempercayai kekuatan magis
yang dianggap dapat mempengaruhi seluruh perjalanan hidupnya. Dalam hubungan
inilah berbagai upacara yang dilakukan yang pada dasarnya menghilangkan
pengaruh buruk yang datang dari roh-roh halus yang menempati tempat tinggal
manusia.
Kepercayaan kepada roh-roh halus nenek moyang masih tampak dengan
diadakannya upacara-upacara sesajen yang ditujukan kepada arwah karuhun
(leluhur), untuk meminta berkah sebelum menjalankan pekerjaan pekerjaan yang
penting.
Pada suku bangsa Sunda ada anggapan bahwa seluruh kehidupan manusia
tidak dapat dipisahkan dari kosmos yang merupakan suatu kesatuan yang lebih
besar. Kepercayaan demikian disebut kosmis klasifikatoris. Tiap-tiap
kejadian dan hal-hal yang ada dalam alam semesta satu dengan yang lainnya ada
hubungan dan tiap-tiap hal mempunyai tempatnya sendiri-sendiri. Tempat
manusia dalam hubungannya dengan alam semesta menentukan kedudukannya dalam
sosial, ekonomi dan religinya. Yang termasuk ke dalam satu golongan
tertentu dalam masyarakat, teramsuk pula pada kesatuan magi tertemtu dan
mempunyai sifat-sifat tertentu pula. Dalam sistem ini seluruh sistem alam
semesta dibagi ke dalam lima golongan, yaitu menurut 4 mata angin ditambah satu
yang merupakan pusatnya disebut madhab papat kalima pancer. Dalam tiap-tiap
mata angin termasuk sifat-sifat tertentu, warna tertentu pula.
- Masyarakat Sunda Budaya dan Problema
- Sejarah Jawa Barat
0 komentar:
Posting Komentar