Minggu, 17 Desember 2017

HISTORIS KEPERCAYAAN SUKU SUNDA

Historis Kepercayaan Suku Sunda

Sulit untuk mengidentifisir kepercayaan asli Sunda. Jika dicoba mentrasir kepercayaan orang Baduy (luar), tampak sekali adanya pengaruh agama Hindu dan sedikit pengaruh Islam. 
Kelompok masyrakat sunda yang masih memegang teguh adar-istiadat nenek moyang yang tidak beragama Islam adalah masyarakat Baduy yang tinggal di Desa Kenkes, Kabupaten Lebak (Banten). Mereka mengaku beragama Sunda Wiwitan tetapi apabila kita teliti sebenarnya mereka juga mengucapkan kalimat syhadat yang sama dengan syahadat umat Islam. Dan mereka mengakui bahwa hanya kabagean Sahadatna wungkul, hanya mendapat syahadatnya saja, sedangkan ketentuan lain seperti sembahyang, puasa dan sebgainya tidak mengetahuinya.
Dalam jumlah kecil ada juga kelompok masyarakat Sunda yang menganut agama Katolik, misalnya di desa Cigugur (Kuningan), daerah Semarang (Garut), Cideres (Majalengka) serta kelompok kecil di Ciparay (Bandung). menurut Kisah leluhur mereka pada mulanya beragama Islam, kemudian beralih menganut kepercayaan yang disebut agama Jawa Sunda (ADS) an berpusat di Cigugur. Setelah aliran kepercayaan ini dibubarkan selanjutnya mereka menganut agama Katolik.
Data mengenai berapa jumlah orang Sunda yang menganut agama Islam, dan beberapa yang menganut agama lainnya tidak dapat diperoleh, yang ada hanyalah data mengenai jumlah penduduk Jawa Barat dan agama-agama yang dianutnya, ini pun diambil dar data tahun 1965. Walaupun demikian dapat dipastikan bahwa sebagian orang sunda beragama Islam dan sedikit sekali yang memeluk agama lain seperti Katolik, Protestan, Hindu Buda dan Sebagainya.
Walaupun orang Sunda sebagian besar menganut agama Islam, namun dalam kehidupan sehari-hari masih tampak unsur-unsur kepercayaan diluar islam. Kehidupan beragama sering dipengaruhi oleh kepercayaan kepada makhluk halus dan kekuatan magis. Oleh karena itu, sukarlah bagi kita untuk memisahkan antara sistem kepercayaan agama dengan sistem kepercayaan, sebab baik agama maupun sistem kepercayaan yang masih dijalankan oleh sebagian orang Sunda berfungsi mengatur sistem nilai, sehingga disamping mereka taat menjalankan agama, sering pula menjalankan upacara-upacara yang tidak dibenarkan oleh Agama. 
Banyak diantara orang Sunda yang masih mempercayai kekuatan magis yang dianggap dapat mempengaruhi seluruh perjalanan hidupnya. Dalam hubungan inilah berbagai upacara yang dilakukan yang pada dasarnya menghilangkan pengaruh buruk yang datang dari roh-roh halus yang menempati tempat tinggal manusia.
Kepercayaan kepada roh-roh halus nenek moyang masih tampak dengan diadakannya upacara-upacara sesajen yang ditujukan kepada arwah karuhun (leluhur), untuk meminta berkah sebelum menjalankan pekerjaan pekerjaan yang penting.
Pada suku bangsa Sunda ada anggapan bahwa seluruh kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kosmos yang merupakan suatu kesatuan yang lebih besar. Kepercayaan demikian disebut kosmis klasifikatoris. Tiap-tiap kejadian dan hal-hal yang ada dalam alam semesta satu dengan yang lainnya ada hubungan dan tiap-tiap hal mempunyai tempatnya sendiri-sendiri. Tempat manusia dalam hubungannya dengan alam semesta menentukan kedudukannya dalam sosial, ekonomi dan religinya. Yang termasuk ke dalam satu golongan tertentu dalam masyarakat, teramsuk pula pada kesatuan magi tertemtu dan mempunyai sifat-sifat tertentu pula. Dalam sistem ini seluruh sistem alam semesta dibagi ke dalam lima golongan, yaitu menurut 4 mata angin ditambah satu yang merupakan pusatnya disebut madhab papat kalima pancer. Dalam tiap-tiap mata angin termasuk sifat-sifat tertentu, warna tertentu pula.

  • Masyarakat Sunda Budaya dan Problema
  • Sejarah Jawa Barat







0 komentar:

Posting Komentar

 

AMAZING Template by Ipietoon Cute Blog Design