KAIDAH
NAAT MANUT-SHIFAT-MAUSHUF
Na’at adalah sifat sedangkan Man’ut
adalah sifat yang mengikuti isim sebelumnya, didalam tata bahasa arab, ia harus
bertempat di belakang. Setiap akhirnya kata nama yang menempati tempat sifat,
baris akhir kata sebelumnya.
Contohnya
: murid yang bersungguh-sungguh telah lulus
نَجَعَ الِّتْلمِيْذُ
اَلْمُجْتَهِدُ
Yang disebut Na’at, sebagaimana
contoh diatas adalah sifat yang mengikuti isim sebelumnya, dari segala keadaan
barisnya, baik isim sebelumnya berbaris depan, atas dan bawah, maka ia pun
mengikuti baris isim yang dibelakangnya, begitu pula jika isim sebelumnya
terdiri dari isim mufrod (tunggal) , maka ia pun harus demikian halnya artinya
baris dari Na’at dan Man’ut tidak boleh berlawanan sama sekali.
Contohnya:
masjid yang besar
مَسْجِدٌ كَبِيْرٌ
Kemudian Na’at yang terdiri dari
isim musanna (dua) dan yang sebelumnya harus dengan bentuk musanna.
Contohnya:
اَلْمُسْلِمَيْنِ اَلْمُجْتَهِدَيْنِ
Kemudian
isim jama’. Na’at juga jama’.
Contohnya:
اَلْمُسْلِمُوْنَ
اَلْمُجْتَهِدُوْنَ
Dan akhirnya Na’at terdiri dari isim
muzakar dan mu’anas, maka isim sebelumnya terdiri dari muzakar dan mu’annas.
Contohnya:
رَجُلٌ عَالِمٌ
سَبُوْرَةٌ كَبِيْرَةٌ
A.
CATATAN
Dalam penulisan paper ini kami
mengalami beberapa kesulitan diantranya
dalam menerjemahkan kosa kata baru.
Banyak kosa kata yang sulit di fahami. Kemudian, kesulitan dalam memberi
harakat pada teks tersebut karena kurangnya pengetahuan dalam ilmu nahwu.
DAFTAR
PUSTAKA
Harun, Yahya dkk. 1985 “Metode Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan
Nahwu”. Yogyakarta:Bina Usaha
Sumber Buku : “Metode Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu”.
0 komentar:
Posting Komentar