Minggu, 17 Desember 2017

TAUHID SOSIAL

TAUHID SOSIAL

Istilah "Tauhid Sosial" merupakan istilah baru yang diperkenalkan dalam wacana Ilmu-ilmu Sosial. Tauhid Sosial dimaksudkan sebagai dimensi social dari pengakuan kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. sebagai seorang muslim kalimat tauhid tersebut tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan dan hanya diyakini dalam hati saja, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk perbuatan. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti semua ibadah murni (mahdah) seperti sholat,zikir,haji, dan seterusnya memiliki dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang sangat tergantung pada sejauh mana ibadah tersebut mempengaruhi perilaku sosialnya.
Jika mendengar kata Tauhid di dalam agama Islam itu berarti tauhidullah, menunggalkan atau mengesakan Allah swt. Dalam ilmu Ushuluddin tauhid di bagi menjadi dua kategori, yaitu tauhid Uluhiyyah dan tauhid Rububiyyah. Tauhid Uluhiyyah adalah menyadarkan kepada kita, kaum beriman, bahwa Allah eksistensinya tunggal. Kita mempunyai aqidah, keyakinan bahwa Allah itu Esa, tidak tertandingi, tidak dapat di samakan, tempat bergantung segala macam makhluk, serba sempurna, maha suci maha besar dan lain-lain. Sedangkan pengertian Tauhid Rububiyyah dalam arti bahwa Allah yang memperhatikan,memberi supervisi secara detail dan teliti terhadap segala macam makhluk ciptaan-Nya, dengan kata lain sesungguhnya setiap makhluk yang kelihatan maupun tidak selama hidupnya berada dalam supervisi tetap dalam perhatian Allah penanganan Allah.
Sedangkan yang dimaksud dengan Tauhid Sosial adalah dimensi social dari tauhidullah, ini dimaksutkan agar tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah yang sudah tertanam dalam fikiran kaum muslim bisa di jabarkan lagi ke dalam pergaulan social, realitas social, secara konkret. Ibadah mahdhah, seperti sholat, puasa, zakat, dan haji juga termasuk tauhid social sholat minsalnya, bukan sekedar ibadah yang dipersembahkan kepada sang khaliq, jika di dalam sholat berjamaah kita tahu persis bahwa di sana ada pelajaran yang sangat bijak, yaitu antara lain leadership dan followership. Kemudian, kita tahu bahwa zakat dan segala perintah Allah di dalam Al-Qur'an yang sangat erat kaitannya dengan infak, wakaf dan lain-lain jelas bukan ibadah yang besifat vertikal saja,  tetapi mempunyai dimensi sosial Muhammad amien rais mengatakan zakat, infak, sedekah, itu merupakan suatu lembaga yang melakukan leveling of procces nagi kehidupan masyarakan pada umumnya, artinya proses penataan pemerataan tercapainya keadilan yang harmonis.
Perbedaan kualitas sumber daya manusia (SDM) antara seseorang, satu kelompok, ataupun sebuah bangsa dengan yang lain dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menguasai Ilmu pengetauan dan teknologi (iptek), hal tersebut dapat meningkat pada terjadinya perbedaan dalam pengusaan bidang ekonomi, kekuatan militer, dan kekuasaan politik, mereka yang mempunyai kualitas SDM yang handal akan berada di depan dan memimpin, bahkan mampu menentukan perjalanan umat manusia di dunia ini, sedang kan yang tertinggal kualitas SDM nya otomatis akan terpinggirkan di pentas kehidupan manusia. Kelompok manusia yang memiliki kualitas SDM yang handal ini jika tidak ada ruh Ketuhanan, ketauhidan, moral, rasa kemanusiaan, serta mengasihi sesama, akan berbuat licik dan kotor karena dalam fikirannya hanya memikirkan bagaimana terus memperbesar kekuasaan yang dimiliki, dan mereka berfikir seseorang yang yang tidak  memiliki kualitas atau kekuasaan sebagaimana yang mereka miliki adalah sebagai hal yang wajar karena menurut mereka itu kesalahan diri sendiri yang tidak mau berusaha,padahal ketertinggalan itu barang kali karena tidak adanya kesempatan bagi mereka untuk memperolehnya, meskipun sudah memiliki potensi. seharusnya kelompok yang di atas memikirkan yang di bawah dengan cara mengangkat mereka agar mampu mandiri yang dilandasi dengan nilai-nilai keagamaan, peri kemanusiaan, dan kesejajaran sebagai makhluk Allah. Dan mereka yang di atas harus berusaha untuk menghentikan atau menghilangkan nafsu serakahnya.
Kata-kata lâ ilâha illallâh Muhammadur-Rasûlullâh adalah kalimat tauhid yang didalam kehidupan seorang muslim sesalu diikrarkan dalam  setiap duduk tasyahudan, kemudian juga di dalam adzan di bacakan lâ ilâha illallâh Muhammadur-Rasûlullâh, arti lâ ilâha illallâh secara singkat adalah,pertama, dengan mengatakan lâ ilâha illallâh seorang muslim dituntut untuk verneinen, mengatakan nein, no, la tidak terhadap semua ke fenomena: segala sumber kekuatan, dan segala keyakinan non ilahiah. Jadi, setiap yang bukan tauhid kita harus berani mengatakan nain, no, tidak. Sehingga tidak ada kekuatan lain kecuali Allah,lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh, lâ ilâha illallâh. Kita mempunyai tugas untuk mengingkari yang selain Allah seperti thaguth. Thaguth bias berwujut seorang dewa yang dikhayalkan manusia, bias beruba ideology yang desembah manusia, dan bias berupa pemimpin yang menganggap diri nya sebagai tuhan seperti Fir'aun minsalnya. Thaguth juga bisa berupa suatu mitos yang diyakini akan menyebabkan kecelakaan dan keselamatan suatu bangsa. Sedangkan thaguth dalam arti modern berupa Tiran. Satu pelajaran moral yang perlu di ambil adalah tingkatan pertama, bahwa seorang muslim harus berani mengatakan tidak pada kebatilan, pada segenap manifestasi thaguth, dan pada ketidak benaran. Tingkatan kedua, setelah seseorang yang bertauhid meniadakan apa-apa yang selain Allah, kemudian beriman kepada Allah yaitu mempunyai keyakinan secara penuh kepada Allah dan kemudian keyakinan itu utuh seratus persen, ini karena dia sudah berhasil meniadakan apa-apa yang bukan Allah. Tingkatan ketiga, bahwa manusia muslim mempunyai proclamation  atau declaration of life, proklamasi atau deklarasi kehidupan yang dituntunkan Al-Qur'an sendiri, dengan kata-kata qul seperti qul inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin. Orang muslim mempunyai deklarasi atau proklamasi yang berlaku sepanjang hayatnya, yaitu kata-kata " sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidupku, dan matiku, aku persembahkan semata-mata lillahi Rabbil 'alamin, kepada Allah,tuhan sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.demikianlah aku di perintahkan dan aku ini termasuk orang yang berserah diri."

Orang yang sudah mempunyai komitmen utuh kepada Allah, apalagi sudah mendeklarasikan kehidupan seperti itu, maka akan melihat dunia ini menjadi satu punggung kehidupan yang jelas,bening,mudah, karena kacamata tauhid ini. Tingkatan keempat,barusaha menerjemahkan keyakinan menjadi konkret, menjadi satu sikap budaya yang mengembangkan amal sholeh, dalam Al-Qur'an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara 'alladzina amanu dengan wa amilush shalihat. Jadi, iman dan amal saleh bergandengan sangat dekat. Seolah-olah hampa dan kosong iman seseorang kalau tidak ada amal sholeh yang menyertainya. Deklarasi tauhid dari tungkatan keempat ini adalah sikap budaya, sikap mental, dan kehidupan untuk menyebarkan amal sholeh dalam setiap kesempatan, sehingga ciri orang islam orang yang bertauhid, kapan saja dan dimana saja dia hidup, pada zaman apa dan dan kondisi apa saja , harus ada usaha untuk menegakkan amal sholeh. Tingkatan kelima, orang yang bertauhid mengambil kriteria baik dan buruk, ukuran yang terpuji dan tercela, kembali kepda tuntutan ilahi. Jadi kita menolak pernyataan kaum humanis yang mengatakan "man is the measure of all things", manusia adalah ukuran segala-galanya. Artinya kalau manusia bilang baik sudah tentu baik dan jika manusia bilang buruk sudah tentu buruk. Kita sebagai orang yang bertauhid tidak demikian, karena kita harus menyadari relativitas dan kedha'ifan kita sebagai seorang manusia sehingga yang benar-benar akbar, kuat, maha sempurna memang hanya Allah semata. Kita mendengar dan melihat dari Allah, itu kita terima dengan taat , maka sama juga dalam mencari ukuran kebenaran kita harus kembali kepada ukuran ilahiah semata.

0 komentar:

Posting Komentar

 

AMAZING Template by Ipietoon Cute Blog Design