TAUHID SOSIAL
Istilah
"Tauhid Sosial" merupakan istilah baru yang diperkenalkan dalam
wacana Ilmu-ilmu Sosial. Tauhid Sosial dimaksudkan sebagai dimensi social dari
pengakuan kita bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah
Rasul-Nya. sebagai seorang muslim kalimat tauhid tersebut tidak cukup hanya
dinyatakan dalam bentuk ucapan dan hanya diyakini dalam hati saja, tetapi harus
dilanjutkan dalam bentuk perbuatan. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti
semua ibadah murni (mahdah) seperti sholat,zikir,haji, dan seterusnya memiliki
dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang sangat tergantung pada sejauh mana
ibadah tersebut mempengaruhi perilaku sosialnya.
Jika
mendengar kata Tauhid di dalam agama Islam itu berarti tauhidullah,
menunggalkan atau mengesakan Allah swt. Dalam ilmu Ushuluddin tauhid di bagi
menjadi dua kategori, yaitu tauhid Uluhiyyah dan tauhid Rububiyyah.
Tauhid Uluhiyyah adalah menyadarkan kepada kita, kaum beriman, bahwa Allah
eksistensinya tunggal. Kita mempunyai aqidah, keyakinan bahwa Allah itu Esa,
tidak tertandingi, tidak dapat di samakan, tempat bergantung segala macam
makhluk, serba sempurna, maha suci maha besar dan lain-lain. Sedangkan
pengertian Tauhid Rububiyyah dalam arti bahwa Allah yang memperhatikan,memberi
supervisi secara detail dan teliti terhadap segala macam makhluk ciptaan-Nya,
dengan kata lain sesungguhnya setiap makhluk yang kelihatan maupun tidak selama
hidupnya berada dalam supervisi tetap dalam perhatian Allah penanganan Allah.
Sedangkan
yang dimaksud dengan Tauhid Sosial adalah dimensi social dari tauhidullah, ini
dimaksutkan agar tauhid uluhiyyah dan tauhid rububiyyah yang sudah tertanam
dalam fikiran kaum muslim bisa di jabarkan lagi ke dalam pergaulan social,
realitas social, secara konkret. Ibadah mahdhah, seperti sholat, puasa, zakat,
dan haji juga termasuk tauhid social sholat minsalnya, bukan sekedar ibadah
yang dipersembahkan kepada sang khaliq, jika di dalam sholat berjamaah kita
tahu persis bahwa di sana ada pelajaran yang sangat bijak, yaitu antara lain
leadership dan followership. Kemudian, kita tahu bahwa zakat dan segala
perintah Allah di dalam Al-Qur'an yang sangat erat kaitannya dengan infak,
wakaf dan lain-lain jelas bukan ibadah yang besifat vertikal saja, tetapi mempunyai dimensi sosial Muhammad
amien rais mengatakan zakat, infak, sedekah, itu merupakan suatu lembaga yang
melakukan leveling of procces nagi kehidupan masyarakan pada
umumnya, artinya proses penataan pemerataan tercapainya keadilan yang harmonis.
Perbedaan
kualitas sumber daya manusia (SDM) antara seseorang, satu kelompok, ataupun
sebuah bangsa dengan yang lain dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dalam
menguasai Ilmu pengetauan dan teknologi (iptek), hal tersebut dapat meningkat
pada terjadinya perbedaan dalam pengusaan bidang ekonomi, kekuatan militer, dan
kekuasaan politik, mereka yang mempunyai kualitas SDM yang handal akan berada
di depan dan memimpin, bahkan mampu menentukan perjalanan umat manusia di dunia
ini, sedang kan yang tertinggal kualitas SDM nya otomatis akan terpinggirkan di
pentas kehidupan manusia. Kelompok manusia yang memiliki kualitas SDM yang
handal ini jika tidak ada ruh Ketuhanan, ketauhidan, moral, rasa kemanusiaan,
serta mengasihi sesama, akan berbuat licik dan kotor karena dalam fikirannya
hanya memikirkan bagaimana terus memperbesar kekuasaan yang dimiliki, dan
mereka berfikir seseorang yang yang tidak
memiliki kualitas atau kekuasaan sebagaimana yang mereka miliki adalah
sebagai hal yang wajar karena menurut mereka itu kesalahan diri sendiri yang
tidak mau berusaha,padahal ketertinggalan itu barang kali karena tidak adanya
kesempatan bagi mereka untuk memperolehnya, meskipun sudah memiliki potensi.
seharusnya kelompok yang di atas memikirkan yang di bawah dengan cara
mengangkat mereka agar mampu mandiri yang dilandasi dengan nilai-nilai
keagamaan, peri kemanusiaan, dan kesejajaran sebagai makhluk Allah. Dan mereka
yang di atas harus berusaha untuk menghentikan atau menghilangkan nafsu
serakahnya.
Kata-kata
lâ ilâha illallâh Muhammadur-Rasûlullâh adalah kalimat tauhid
yang didalam kehidupan seorang muslim sesalu diikrarkan dalam setiap duduk tasyahudan, kemudian juga
di dalam adzan di bacakan lâ ilâha illallâh Muhammadur-Rasûlullâh, arti lâ
ilâha illallâh secara
singkat adalah,pertama, dengan mengatakan lâ
ilâha illallâh seorang
muslim dituntut untuk verneinen, mengatakan nein, no, la tidak
terhadap semua ke fenomena: segala sumber kekuatan, dan segala keyakinan non
ilahiah. Jadi, setiap yang bukan tauhid kita harus berani mengatakan nain, no,
tidak. Sehingga tidak ada kekuatan lain kecuali Allah,lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh, lâ
ilâha illallâh.
Kita mempunyai tugas untuk mengingkari yang selain Allah seperti thaguth.
Thaguth bias berwujut seorang dewa yang dikhayalkan manusia, bias beruba
ideology yang desembah manusia, dan bias berupa pemimpin yang menganggap diri
nya sebagai tuhan seperti Fir'aun minsalnya. Thaguth juga bisa berupa suatu
mitos yang diyakini akan menyebabkan kecelakaan dan keselamatan suatu bangsa.
Sedangkan thaguth dalam arti modern berupa Tiran. Satu pelajaran moral yang perlu
di ambil adalah tingkatan pertama, bahwa seorang muslim harus berani
mengatakan tidak pada kebatilan, pada segenap manifestasi thaguth, dan pada
ketidak benaran. Tingkatan kedua, setelah seseorang yang bertauhid
meniadakan apa-apa yang selain Allah, kemudian beriman kepada Allah yaitu
mempunyai keyakinan secara penuh kepada Allah dan kemudian keyakinan itu utuh seratus persen, ini
karena dia sudah berhasil meniadakan apa-apa yang bukan Allah. Tingkatan
ketiga, bahwa manusia muslim mempunyai proclamation atau declaration of life, proklamasi
atau deklarasi kehidupan yang dituntunkan Al-Qur'an sendiri, dengan kata-kata qul
seperti qul inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin. Orang
muslim mempunyai deklarasi atau proklamasi yang berlaku sepanjang hayatnya,
yaitu kata-kata " sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidupku, dan matiku,
aku persembahkan semata-mata lillahi Rabbil 'alamin, kepada Allah,tuhan
sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.demikianlah aku di perintahkan dan aku
ini termasuk orang yang berserah diri."
Orang yang sudah mempunyai komitmen
utuh kepada Allah, apalagi sudah mendeklarasikan kehidupan seperti itu, maka
akan melihat dunia ini menjadi satu punggung kehidupan yang jelas,bening,mudah,
karena kacamata tauhid ini. Tingkatan keempat,barusaha menerjemahkan keyakinan
menjadi konkret, menjadi satu sikap budaya yang mengembangkan amal sholeh,
dalam Al-Qur'an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara 'alladzina amanu
dengan wa amilush shalihat. Jadi, iman dan amal saleh bergandengan
sangat dekat. Seolah-olah hampa dan kosong iman seseorang kalau tidak ada amal
sholeh yang menyertainya. Deklarasi tauhid dari tungkatan keempat ini adalah
sikap budaya, sikap mental, dan kehidupan untuk menyebarkan amal sholeh dalam
setiap kesempatan, sehingga ciri orang islam orang yang bertauhid, kapan saja
dan dimana saja dia hidup, pada zaman apa dan dan kondisi apa saja , harus ada
usaha untuk menegakkan amal sholeh. Tingkatan kelima, orang yang bertauhid
mengambil kriteria baik dan buruk, ukuran yang terpuji dan tercela, kembali
kepda tuntutan ilahi. Jadi kita menolak pernyataan kaum humanis yang mengatakan
"man is the measure of all things", manusia adalah ukuran
segala-galanya. Artinya kalau manusia bilang baik sudah tentu baik dan jika
manusia bilang buruk sudah tentu buruk. Kita sebagai orang yang bertauhid tidak
demikian, karena kita harus menyadari relativitas dan kedha'ifan kita sebagai
seorang manusia sehingga yang benar-benar akbar, kuat, maha sempurna memang
hanya Allah semata. Kita mendengar dan melihat dari Allah, itu kita terima
dengan taat , maka sama juga dalam mencari ukuran kebenaran kita harus kembali
kepada ukuran ilahiah semata.
0 komentar:
Posting Komentar