DEFINISI JIHAD
Secara Bahasa dan Secara Syar’i
Secara Bahasa
Kata Jihad berasal dari bahasa jahada,yajhadu,al-juhdu. Al-jahdu mempunyai lebih dari 20 makna, semuanya berkisar pada makna kemampuan, kesulitan,keluasan,perang dan bersungguh-sungguh. Karena itu, para ahli tafsir, ahli hadits, ahli fikih dan ahli bahasa selalu mengartikan jihad secara bahasa dengan makna mencurahkan segenap kemampuan atau (bersungguh-sungguh menundukkan) kesulitan.
Syaikh Musthafa As-suyuthi berkata,” Al-Jihadu merupakan masdhar (kata benda) dari kata Jahada-Jihadan wa mujahadatan maknanya bersungguh-sungguh (mencurahkan kemampuan) dalam memrangi musuh.
Kata jahada, juhdun, dan jahdun sudah mempunyai makna mubalaghah (bersungguh-sungguh). Apalagi kata jihad yang berasal dari kata jahada dengan bentuk mubhalaghah, tentulah maknanya bersungguh-sungguh. Ini menunjukan bahwa kedua belah pihak saling mengerahkan kemampuan maksimalnya untuk itulah sebabnya para pakar bahasa menyebutkan makna jihad secara bahasa adalah,”mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan kebaikan dan menolak bahaya.” Atau, menanggung kesulitan dengan mengerahkan segala kemampuan. “ (Yusuf Al-Uyairi,2007,14)
Jadi, berdasarkan bahasa kata jihad bermakna bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap kemampuan untuk meraih tujuan tertentu. Karena itu, usaha keras orang-orang kafir memaksa orang islam untuk murtad juga disebut dengan jihad.
Di dalam mufradat Al-Qur’an, Al-Raghib dan Al-Ishfani menulis, “Al-Jahd dan al-Juhd berarti kemampuan dan kesulitan. Ada juga yang berpendapat bahwa al-jahd berarti kesulitan, sedangkan al-juhd berarti kemampuan”. (Yusuf Qardhawi,2009,3).
Secara Syar’i
Syari’at dalam Al-Qur’an dan As-Sunah membawa lafal jihad dari makna bahasa yang sangat luas (yaitu bersungguh-sungguh) menuju sebuah makna yang khusus dan membatasi makna jihad hanya untuk makna khusus tersebut, yaitu mengerahkan segenap kemampuan dan sungguh-sungguh berperang di jalan Allah ta’ala, baik perang secara langsung (kontak fisik) maupun membantu proses perang dengan harta, pikiran, memperbanyak jumlah pasukan dan lainnya.
Jihad dimaknai dengan makna perang inilah jihad yang diturunkan pensyariatannya dalam fase Madinah. Jihad dengan makna perang saja ini belum diturunkan pada fase dakwah di Mekah, karena itu jihad yang diturunkan pada fase Mekah adalah jihad dengan pengertian bahasa yang masih sangat umum dan luas. (Yusuf Al-Uyairi,2007;15).
Jihad dengan makna bahasa yang turun pada fase Mekah tersebut adalah tiga ayat dari surat Al-Ankabut:
وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya :
Dan barangsiapa berjihad , maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (Q.SAl-Ankabut[29]:6)
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْناً وَإِن جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ -
Artinya :
Dan kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orangtuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah patuhi keduanya. Hanya keapadaKu tempat kembalimu, dan akan aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.SAl-Ankabut[29]:8)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ-
Artinya :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.SAl-Ankabut[29]: 69).
Minggu, 26 November 2017
KIAT-KIAT MUDAH MENGHAFAL AL-QURAN
KIAT-KIAT MUDAH SEBELUM MENGHAFAL AL-QURAN
Orang berjalan tentu memiliki tujuan, dan untuk mencapai tujuan itu perlu rancangan-rancangan atau kiat-kiat yang dapat memudahkan. Begitu pula dalam menghafalkan Al-Quran, untuk mencapainya tentu diperlukan kiat-kiat yang tepat agar dalam prosesnya tidak bayak menemui kendala. Secara teknis, ada beberapa kiat mudah sebelumm mengahafal Al-Quran, diataranya;
Setiap juz diberi halaman tersendiri, dari halaman satu sampai dua puluh.
Memberikan tanda terhadap tipe-tipe ayat yang akan dihafalkan (ayat-ayat yang mengandung kisah-kisah, seperti Firaun, Maryam,Musa dan kisah lainnya) dengan tujuan lebih mudah karena mengikuti alur kisah tersebut.
Memahmi akna dan mufradat ayat-ayat yang akan dihafalkan. Cara ini akan mempermudah dan mempercepat proses menghafal.
Memahami kaidah-kaida (qawa’id) bahasa Arab, seperti Nahwu.
Membaca tafsir juga sangat membantu sebelum menghafal Al-Quran.
Menandai ayat-ayat yang mirip.
Orang berjalan tentu memiliki tujuan, dan untuk mencapai tujuan itu perlu rancangan-rancangan atau kiat-kiat yang dapat memudahkan. Begitu pula dalam menghafalkan Al-Quran, untuk mencapainya tentu diperlukan kiat-kiat yang tepat agar dalam prosesnya tidak bayak menemui kendala. Secara teknis, ada beberapa kiat mudah sebelumm mengahafal Al-Quran, diataranya;
Setiap juz diberi halaman tersendiri, dari halaman satu sampai dua puluh.
Memberikan tanda terhadap tipe-tipe ayat yang akan dihafalkan (ayat-ayat yang mengandung kisah-kisah, seperti Firaun, Maryam,Musa dan kisah lainnya) dengan tujuan lebih mudah karena mengikuti alur kisah tersebut.
Memahmi akna dan mufradat ayat-ayat yang akan dihafalkan. Cara ini akan mempermudah dan mempercepat proses menghafal.
Memahami kaidah-kaida (qawa’id) bahasa Arab, seperti Nahwu.
Membaca tafsir juga sangat membantu sebelum menghafal Al-Quran.
Menandai ayat-ayat yang mirip.
Minggu, 19 November 2017
TARI SAMAN
Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.[1]
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman
Minggu, 15 Oktober 2017
Ilmu dengan Amaliahnya Amalmu dengan Ilmunya (Kemah Dakwah Pondok Pesantren Darussalam)
Harta dijaga pemiliknya dan ilmu menjga pemiliknya. Kalimat ini merupakan ungkapan yang diucapakan oleh Ali bin Abi Thalib. Lantas sebenarnya apakah yang harus kita lakukan untuk menanggapi ungkapan tersebut. Ungakapan tersebut memiliki artian yang sangat memotivasi kita dalam mencari ilmu, karena dengan ilmu semua akan menjadi lebih mudah. ketika seseorang memiliki ilmu atau mempunyai landasan ilmu yang cukup, maka dalam melakukan hal apapun akan berjalan dengan lancar. Adapun ilmu itu sendiri akan lebih bermanfaat jika kita mampu untuk mengamalkan nya, karena ketika ilmu yang kita miliki dapat diterima oleh masyarakat luas maka akan menjadi suatu amalan yang baik bagi yang mengamalkannya. Karena amalan yang akan terus mengalir pahalanya sampai seseorang tersebut telah meninggal, salah satunya adalah mengamalkan ilmu yang bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat luas. Untuk merealisasikan hal tersebut Pondok Pesantren Darussalam Ciamis mengadakan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki yaitu dengan mengadakan kegiatan "Kemah Dakwah Islamiyah". Peserta dari kegiatan ini adalah seluruh dari siswa kelas XII Pondok Pesantren baik itu siswa MAN Darussalam maupun SMA 'PLUS' Darussalam. Kegiatan ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu dengan agenda mengabdikan diri pada masyarakat sehingga dalam kegiatan ini para santri dituntut untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan kemasyarakatan. Kemah Dakwah Islamiyah itu sendiri diadakan di Desa Dadiharja Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis. Tanggapan masyarakat mengenai kegiatan ini sangatlah baik, karena masyarakat berharap generasi muda masa kini dapat memberikan perubahan yang baik bagi generasi berikutnya di tengah-tengah masyarakat.
Langganan:
Postingan (Atom)